Perkawinan Sedarah Membawa Dampak Negatif, Sejarah Telah Mencatat Banyak Korban

Bukan saja karena faktor ketelanjuran, ada perkawinan sedarah atau antardaerah yang malah didorong oleh keluarga dan dibenarkan oleh adat

Editor: Agustinus Sape
Grid.id
Cacat sebagai dampak perkawinan sedarah. 

Perkawinan Sedarah Membawa Dampak Negatif, Sejarah Telah Mencatat Banyak Korban

POS-KUPANG.COM - Hampir seluruh budaya di dunia menganggap perkawinan sedarah atau antar-kerabat adalah hal yang tabu. Meski begitu, perilaku ini sebenarnya telah dipraktikkan pada berbagai budaya dunia.

Hal ini pun masih terjadi di dalam masyarakat di berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur. Bukan saja karena faktor ketelanjuran, ada perkawinan sedarah atau antardaerah yang malah didorong oleh keluarga dan dibenarkan oleh adat dengan alasan tertentu.

Mereka hampir tidak pernah berpikir atau memperhatikan dampak negatif dari perkawinan semacam itu. Tujuannya semata-mata agar tali silaturahmi senantiasa terjalin.

Dilansir dari kompas.com, pada masa lampau, para bangsawan dunia mencoba menjaga status mereka sebagai darah murni dengan praktik inses.

Sejarah mencatat, penguasa Mesir di masa lalu menikahi saudara mereka, orang tua, atau bahkan anak-anak mereka sendiri. Bangsawan di beberapa negara lain juga mengalami praktik ini.

Sayangnya, perilaku inses tersebut bukan tanpa risiko. Perkawinan sedarah tercatat menghasilkan berbagai mutasi gen yang membuat keturunan dari para pelaku mengalami kecacatan.

Meski begitu, perlu dicatat bahwa tidak semua kecacatan terjadi akibat perkawinan sedarah.

Namun, bukti sejarah menunjukkan bahwa inses membawa sejumlah kelainan dan cacat pada tubuh atau mental manusia. Merangkum dari Ranker, beberapa kasus yang terjadi di antaranya:

1. Rahang Habsburg

Mutasi genetik harus dibayar oleh keturunan para bangsawan Spanyol, terutama penguasa Kerajaan Habsburg. Kerajaan tersebut berkuasa selama pertengahan 1400-an hingga 1700-an.

Selama waktu itu, untuk mempertahankan kekuasaannya, keluarga bangsawan melakukan praktik perkawinan sejarah. Mereka mencegah terjadinya pernikahan di luar keluarga untuk menjaga kepentingannya.

Kasus terburuk terlihat pada Charles II, penguasa terakhir Habsburg. Dia memiliki rahang bawah yang panjang dan menonjol dengan bentuk gigi cakil.

Hal tersebut membuat Charles II tidak bisa berbicara dengan benar, tidak bisa mengunyah, dan bermasalah dengan air liur. Bentuk rahang khas ini tidak hanya dimiliki oleh Charles II tapi juga leluhurnya.

2. Tengkorak Tidak Berbentuk

Pernikahan sedarah juga tercatat dalam sejarah bangsa Mesir Kuno. Raja Mesir Kuno memiliki kebiasaan menikahi saudara perempuan, ibu, atau sepupu mereka.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved