Soal Rencana Pembangunan SPBU di Fatau Kecamatan Alor Timur Laut, Ini Tanggapan Yoseph Letfa

Rencana Pembangunan SPBU di Fatau Kecamatan Alor Timur Laut, Ini Tanggapan Yoseph Letfa

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.com/RIMA WAHYUNINGRUM
Ilustrasi SPBU 

Rencana Pembangunan SPBU di Fatau Kecamatan Alor Timur Laut, Ini Tanggapan Yoseph Letfa

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Bahan Bakar Minyak (BBM) dan air sama-sama penting, tapi air lebih urgen, untuk kebutuhan pokok masyarakat saat ini.

Karena itu, pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak ( SPBU) harus memperhatikan juga kondisi sumber air.

Hal ini disampaikan salah satu tokoh muda Alor, Yoseph Letfa di Kupang, Sabtu (25/5/2019).

Pemerintah Sikka Kehilangan Rp 100 Miliar Dana Afirmasi

Yoseph menyampaikan hal ini menyusul adanya rencana pembangunan SPBU di Fatau Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor.

Rencana pembangunan ini masih menuai pro dan kontra di masyarakat.

"Pro kontra ini karena ditengarai lokasi pembangunan SPBU itu berada tepat di atas mata air. BBM dan air itu penting, tapi air adalah kebutuhan paling vital," kata Yoseph.

Setelah Jadi Isteri Ahok BTP, Penampilan Puput Nastiti Devi Berubah Total

Dijelaskan, rencana pembangunan SPBU itu berada di sekitar sumber air yang mengairi lahan persawahan di desa setempat.

"Karena itu, perlu ada kajian lingkungan dan pertimbangan sosial kemanusiaan setempat agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari," katanya.

Dikatakan, masyarakat membutuhkan BBM, tetapi lebih urgen adalah kebutuhan air untuk. Pasalnya, air merupakan kebutuhan mutlak semua makhluk hidup.

Dia menegaskan agar semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun masyarakat harus melihat lebih jernih dari sisi kemanusiaannya.

"Karena manusia tidak bisa terlepas dari daya dukung lingkungan, pengrusakan ekologi akan sangat berdampak terhadap manusia dan seluruh makluk hidup baik flora dan fauna. Lokasi pembangunan itu, sangat tidak tepat karena berada di daerah resapan air dan disana juga terdapat lokasi tutupan hutan kenari yang menjadi sumber mata air," ujarnya.

Menurutnyan di sekitar wilayah yang direncanakan untuk pembangunan SPBU terdapat lebih dari 200 hektare lahan sawah, yang dikerjakan oleh kurang lebih 200 orang petani.

"Para petani ini yang harus dilindungi usahanya dan dijamin keberlangsungan hidunya. Apabila dipaksakan pembangunan SPBU itu bakal menuai masalah dikemudian hari," ujarnya.

Mantan caleg DPRD NTT dari Partai NasDem untuk dapil Alor, Flotim dan Lembata ini mengatakan, sesuai pengalaman di banyak tempat, pembangunan SPBU tidak lepas dari masalah rembesan akibat kebocoran tampungan minyak, yang bisa saja merusak lingkungan sekitar baik tanah dan air.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved