Kepala SMA Negeri I Riung Barat Harap Perhatian Pemerintah Terkait Pelaksanaan UNBK

meski kekurangan fasilitas, pihaknya terus bertekad untuk menyukseskan pelaksanaan UNBK perdana tahun 2019.

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
Foto SMA Negeri Riung Barat untuk POS-KUPANG.COM
Kepala SMA Negeri Riung Barat , Alfons Kolo, S.Pd 

Kepala SMA Negeri I Riung Barat Harap Perhatian Pemerintah Terkait Pelaksanaan UNBK

POS-KUPANG.COM | BAJAWA -- Sekolah Menengah Atas Negeri I (SMAN I) Riung Barat di Kabupaten Ngada melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) perdana, Senin (1/4/2019).

Jumlah siswa kelas XII SMA Negeri I Riung Barat yang ikut UNBK ada 93 orang, terdiri dari jurusan IPS 70 orang dan 23 orang jurusa IPA.

Kepala SMA Negeri I Riung Barat, Alfons Kolo, S.Pd, kepada POS KUPANG.COM, mengeluh kurangnya sejumlah fasilitas pendukung UNBK.

Misalnya sekolah tidak cukup memiliki banyak komputer dan laptop. Terpaksa harus dipinjam dari guru-guru.

Alfons menegaskan adapun alasan lain adakan UNBK agar anak-anak mulai mengenal perangkat lunak dan tidak asing dengan komputer.

Ia juga menegaskan bahwa walaupun masih banyak keterbatasan, namun tekad agar UNBK bisa diwujudkan tetap menjadi prioritas tahun ini.

Ingin Gabung di Swasti Sari Mart, Anggota Wajib Bayar Rp 600 ribu

Lokasi Pantai Tarimbang dan Danau Weekuri di Pulau Sumba Diprakirakan Hujan Lokal

MotoGP Argentina 2019, Finis di Belakang Rossi Andrea Dovizioso Mengaku Tak Puas

Hasil dan Klasemen Liga Spanyol, 3 Tim Teratas Menjauh

"Walaupun banyak kendala, seperti jaringan, laptop masih pinjam dari bapak ibu guru, masih pakai modem, namun saya sebagai Kepsek tetap berusaha supaya UNBK harus dilaksanakan. Hanya dengan perjuangan dan berani memulai dengan apa yang ada pada kami, saya yakin semuanya akan indah. Sebab Tuhan tidak pernah menutup mata," ujar Alfons.

Ia mengatakan peserta yang mengikuti UNBK ada 93 orang dan ujian dilaksanakan dalam 3 sesi. Satu sesi ada 31 orang.

Sebelum menggelar UNBK, anak-anak sudah melaksanakan dua kali simulasi.

Ia menyebutkan simulasi ini menjadi penting, agar anak-anak diperbiasakan dan juga bisa mengetahui kekurangan lainnya.

"Laptop sekolah 15 unit dan laptop yang dipinjam dari guru-guru ada 16 unit. Semuanya ada 31 unit. Server hanya satu. Kami pakai genset dan kekurangan yang lainya adalah kami tidak memiliki lab untuk ujian UNBK," ungkapnya.

Berhadapan dengan berbagai kesulitan ini, Alfons berharap kepada pemerintah untuk bisa memperhatikan sekolah-sekolah yang ada dipelosok yang masih jauh dari keterjangkuan listrik dan jaringan untuk diberi perhatian secara serius lewat kebijakan yang humanis.

Setelah Aksi Mogok, Petugas Kebersihan Kembali Bekerja

Pagi Ini Gempa Bumi Terjadi di Wanokaka Ruteng dan Labuan Bajo

Hasil dan Klasemen Liga Inggris, Liverpool Geser Manchester City

"Saya berharap pemerintah baik daerah, provinsi maupun pusat agar jangan hanya membuat kebijakan untuk mewajibkan semua sekolah agar melaksanakan UNBK tapi juga harus diimbangi dengan analisis berdasarkan realitas lapangan. Bahwa masih banyak sekolah termasuk kami yang berada pelosok ini, banyak mengalami kendala. Dan yang paling utama adalah jaringan, listrik dan peralatan lainnya," harap Alfons.

Ia mengataka meski kekurangan fasilitas, pihaknya terus bertekad untuk menyukseskan pelaksanaan UNBK perdana tahun 2019.

"Namun dengan begitu tidak membuat kami putus asa. Tapi saya bersama para guru terus berjuang melaksanakan UNBK dengan memulai apa yang kami miliki. Daya juang kami tetap kuat. Sebab dengan memulai, kami bisa belajar hal baru dan atas berbagai kekurangan itu bisa ditemukan solusi," ujarnya.(Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Gordi Donofan)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved