Pengamat Politik Undana Sebut Daya Tarik Pilpres Lebih Luas Ketimbang Pileg
Pengamat politik Undana sebut saya tarik Pilpres lebih luas ketimbang Pileg
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Pengamat Politik Undana Kupang, Laurensius Say Rani, mengatakan isu Pilpres memiliki daya tarik secara politik yang lebih luas dibandingkan isu pemilihan anggota legislatif ( Pileg).
Hal itu menyebabkan partai politik cendrung terlibat dalam kampanye Pilpres ketimbang kampanye calon legislatif (Caleg).
Hal tersebut dikatakan Laurensius kepada POS-KUPANG.COM, Senin (25/3/2019) via WhatsApp. Namun menurutnya, problemnya ialah bagaimana orang melihat pemilu.
• Pendeta Emy Sebut Mafia TKI Cerdik, Selalu Pakai Jalan Tikus
Ia mengatakan, mestinya publik dan pemilih sadar bahwa pemilu legislatif baik pusat, provinsi dan kabupaten/kota memiliki makna yang sama pentingnya secara politik dan pemerintahan dengan pilpres.
"Jadi ada semacam reduksi terhadap makna politik pemilu legistif dan di sisi yang lain membesarkan makna politik Pilpres. Itu yang membuat Pilpres menjadi arena kontestasi yang begitu fragmentatif," ungkapnya.
• Wakil Bupati Flotim Akui Proyek Pasar Inpres Larantuka Rugikan Ratusan Juta
Lanjutnya, energi publik kemudian seperti tersedot ke Pilpres dan mengangap Pileg sebagai residual dan apa adanya saja.
Implikasinya adalah arena Pileg kemudian kehilangan daya politiknya. "Nyaris tidak ada isu publik yang dimunculkan dalam Pileg," tegas Laurensius.
Sebagai gantinya, ujar Laurensius, Pileg diubah sebagai sekedar moment sosial di mana orang saling berkunjung, makan bersama, atau momen ekonomi di mana yang satu memberikan bantuan ekonomi kepada yang lain dalam berbagai bentuk.
Kondisi selanjutnya, kata Laurensius, saat para Caleg dan Parpol hendak mendorong isu politik dalam Pileg, maka isu itu pun adalah isu Pilpres.
"Bagi saya, terlalu dominannya isu Pilpres justru melenyapkan isu politik dalam skala lokal yang harusnya dibahas oleh caleg pada level provinsi atau kabupaten/kota," ungkapnya.
Laurensius melihat bahwa Parpol dan Caleg sepertinya turut memanfaatkan kesempatan ini yaitu mengkampanyekan isu Pilpres dibandingkan isu Pileg.
Hal ini terutama dikapitalisasi semaksimal mungkin oleh Parpol atau Caleg yang mendukung presiden yang populer dan berpotensi menang di Dapil tertentu.
Pada level yang lebih praksis, Laurensius menduga, sumber daya terutama dana yang jauh lebih terkonsolidasi di Pilres memang mendorong Parpol lebih nampak aksinya pada kampanye Pilpres.
"Pada batas tertentu, ini juga menjadi simbol konsolidasi Parpol pada pemilu kepada pemilih atau publik pada umumnya," ungkapnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)