Akses Jalan tak Bagus, Keluarga Tandu Jenazah Sejauh 60 Km, Begini Tanggapan Bupati Luwu Utara

Akses Jalan tak Bagus, Keluarga Tandu Jenazah Sejauh 60 Km, Begini Tanggapan Bupati Luwu Utara

Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.com/AMRAN AMIR
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani saat dikonfirmasi kompas.com, Selasa (12/02/2019). 

Akses Jalan tak Bagus, Keluarga Tandu Jenazah Sejauh 60 Km, Begini Tanggapan Bupati Luwu Utara

POS-KUPANG.COM | LUWU UTARA - Jenazah Ranti Tanta, warga Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, yang meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Andi Djemma Masamba, terpaksa harus digotong dengan berjalan kaki menuju rumah duka sejauh 60 kilometer, Kamis (7/2/2019).

Jenazah Ranti terpaksa digotong dengan berjalan kaki oleh keluarga menggunakan sarung dan balok kayu karena tidak mampu membayar biaya pesawat Rp 50 juta rupiah sebagai alat transportasi satu-satunya selain ojek.

Kuasa Hukum Tolak Ahmad Dhani Kenakan Rompi Tahanan Setiap Sidang Vlog Idiot, Ini Alasannya

Saat meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Andi Djemma Masamba, jenazah Ranti diantar menggunakan mobil Ambulans dari Masamba, Luwu Utara, menuju Desa Bada Ngkaia, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, baru kemudian digotong menuju Kecamatan Rampi melewati kawasan hutan lindung dan melintasi Sungai Lariang.

Lebam di Pipi Jadi Petunjuk Bocah PAUD Jadi Korban Kekerasan Oknum Guru, Begini Kisahnya

Pihak keluarga memilih menggotong jenazah dari Poso karena wilayah ini merupakan wilayah terdekat dengan Kecamatan Rampi, dengan jarak 60 kilometer.

"Waktu itu keluarga memilih untuk menggotong jenazah karena tidak memiliki biaya dan akses jalan tidak bagus untuk dilewati kendaraan, satu-satunya kendaraan yang bisa adalah pesawat udara namun dimintai biaya hingga Rp 50 juta," kata Melki, warga Rampi, yang ditemui, Selasa (12/2/2019).

Buka akses jalan

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, saat dikonfirmasi Kompas.com di ruang kerjanya Selasa petang mengatakan, dirinya prihatin dan sedih karena kondisi seperti ini sudah berulang kali dialami oleh masyarakat Rampi.

"Pemerintah Kabupaten Luwu Utara tidak pernah berhenti membuka akses sebagaimana yang bisa kami sampaikan bahwa selama 3 tahun terakhir kami telah mengalokasikan anggaran dan menyiapkan alat berat untuk membuka akses," kata Indah Putri.

Menurut Indah, posisi alat berat saat ini yang memperbaiki jalan sudah berada di puncak yang tinggal 3 kilometer ke daerah yang sangat sulit untuk dibuka.

"Masyarakat Rampi karena persoalan akses mereka lebih memilih menempuh jalur darat menuju ke Poso, Sulawesi Tengah, kemudian jalan kaki melewati lembah Bada menuju desa mereka," ujar dia.

Indah berharap, dengan kejadian yang memilukan warganya tersebut, pemerintah pusat juga dapat memperhatikan kondisi tersebut.

"Karena dengan kondisi ini kalau hanya pemerintah daerah keterbatasan terutama dari topografi, kalau dilihat wilayah jalan yang dilalui oleh masyarakat Rampi itu memang kondisinya sangat labil dan Pemerintah Daerah Luwu Utara telah mengusulkan dan telah mendapatkan izin pinjam pakai dari Kementerian Kehutanan untuk membuka akses jalan, tetapi tetap karena kondisinya yang memang sulit maka satu-satunya jalan atau akses yang mudah adalah transportasi udara," ucap dia.

Menurut Indah, jarak antara Ibu Kota Masamba Luwu Utara, dengan Kecamatan Rampi sejauh 80 kilometer dan baru beberapa kilometer saja bisa dilalui kendaraan roda empat.

"Untuk kendaraan roda empat sudah sampai di batas antara Kecamatan Masamba dan Kecamatan Rampi, jadi kami sudah buka akses bahkan ada beberapa kilometer sudah diaspal kemudian kami juga tahun lalu membangun 2 jembatan penghubung, yang jadi masalah adalah di dalam Kecamatan Rampi sendiri karena topografinya sangat sulit," tutur dia. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved