Berita Kota Kupang

Gunakan Medsos Secara Bijak Menyebarkan yang Positif dan Bukan Memprovokasi

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Ngada, menggelar Kegiatan seminar sehari berkaitan dengan kerukunan hidup

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/GORDI DONOFAN
Suasana saat seminar seminar yang diadakan Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Ngada, Senin (29/10/2018). 

Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Gordi Donofan

POS-KUPANG.COM | BAJAWA -- Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Ngada,
menggelar Kegiatan seminar sehari berkaitan dengan kerukunan hidup antar umat beragama yang bertemakan “Media Sosial Untuk Perdamaian dan Kerukunan”.

Seminar sehari itu dilakasanakan di Aula Yayasan Persekolahan Umat Katolik (YASUKDA) Kabupaten Ngada, (29/10/2018).

Kegiatan ini dihadiri oleh utusan berbagai unsur yang terdapat dalam wilayah setempat, diantaranya dari Tokoh-tokoh Agama, Tokoh Pemerintah, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, utusan TNI & POLRI, utusan Guru-guru dari setiap sekolah, utusan pelajar dari tingkat SLTA, Tokoh wanita, Pimpinan Ormas serta Rekan-rekan Wartawan media cetak dan elektronik.

Siaran pers yang diterima POS KUPANG.COM, menyebutkan acara dibuka bersama Ketua FKUB, Romo Yosef Daslan Moang Kabu, Pr yang juga sebagai Vikep Bajawa, namun beliau berhalangan hadir dan diwakili oleh Pihak dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ngada, sekaligus membuka kegiatan seminar yaitu Yohanes Ase.

Beberapa nara sumber yang diundang yakni RD. Silverius Betu yang bertugas di Yasukda Ngada, Pdt. Mercury Sine, Ustad Hasan, Agung Artanaya sebagai Ketua PHDI Kabupaten Ngada, RP. Alfonsius Duka, SVD yang bertugas di Ledalero – Maumere, dan semuanya mewakili dari kelima unsur agama yang ada. Sebagai moderator adalah Pater Remigius Todang, OCD utusan dari Paroki St. Yosef Bajawa.

Romo Silverius Betu, dalam paparan materinya menegaskan terkait dengan tema seminar berasaskan ajaran kitab suci dan ajaran Tuhan Yesus tentang perdamaian (“JADILAH AKU PEMBAWA DAMAI”).

“Hakekat media sosial seharusnya membawa hal komunikasi yang positif atas dasar Kasih seperti yang diajarkan Kristus sendiri. Intinya media sosial dijalankan dengan jujur, tanggung jawab dan penuh kasih. Perdamaian dan kerukunan harus menjadi tindakan nyata,” jelas Romo Silverius Betu.

Sementara Pdt. Mercury Sine, menjelaskan hal mendasar adalah mulai dari pribadi masing-masing untuk bisa menunjukkan sikap toleransi dan kerukunan baru bisa terjadi dalam kehidupan sosial.

“Terkadang karena hal ego yang merusak kerukunan dan perdamaian. Media Sosial seharusnya menjadi wadah untuk menjalin hubungan yang sehat dan baik dengan sesama. Medsos harus mampu menginformasikan hal-hal yang positif bukannya menjadi sesuatu yang memprovokasi antar sesama. Medsos harus menjadi wadah perdamaian dan kerukunan,” papar Pendeta Sine.

Baca: NTT Kirim 21 Utusan Ikut Kongres XX WKR

Baca: Hamdan Minta Pemprov Perhatikan Pengembangan Rumput Laut

Baca: Satu Tersangka Kasus Dugaan Suap DPRD Kalteng Menyerahkan Diri ke KPK

Baca: Maia Estianty dan Irwan Mussry Kompak Unggah Foto Masa Kecil, Ada Apa Ya?

Ustad Hasan, mengatakan medsos terkadang membohongi manusia dan sesamanya. Banyaknya berita hoax yang cenderung dilakukan oleh sekelompok orang yang selalu mengupload hal-hal yang bersifat provokatif serta mengganggu kehidupan sosial beragama.

“Ada Mitos yang belum tahu kebenarannya bisa menyebabkan salah arah dan salah paham. Sepenggal kalimat diutarakan dari mulut Ustad dengan istilah adat setempat “MODHE NEE HOGA WOE MEKU NEE DHOA DELU” sebagai dasar hidup untuk menjaga kerukunan umat beragama terutama di wilayah kabupaten Ngada,” tegas Ustad Hasan.

Agung Artanaya menjelaskan dari sisi agama Hindu. Menurut ajaran agama Hindu, bagaimana kita melihat dan menyimpulkan sesuatu yang terpublikasi agar kita mampu menilai akan dampak positif dan negatifnya.

“Medsos harus mampu mempererat hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya serta manusia dengan lingkungannya (Tri Premana). Saya mengharapkan sebaiknya sebelum ber-medsos kita harus berpikir, bertindak dan berbicara yang positif,” harap Agung.

Sedangkan Pater Alfons, dalam materinya mengangkat istilah dan karakter media berbasis internet, kepada kita harus bisa mengetahuinya dan jeli dalam menilainya. Dalam penjelasannya, pater Alfons memaparkan beberapa hal terkait sistem dan mekanisme media berbasis internet dan besar presentasenya digunakan sebagai media profokatif untuk kejahatan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved