Berita Regional
Seleksi Alam dan Pola Makan Ciptakan Manusia Kerdil Flores
Flores merupakan pulau yang dikenal dunia sebagai tempat ditemukannya Homo floresiensis atau dikenal sebagai Hobbit.
POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Flores merupakan pulau yang dikenal dunia sebagai tempat ditemukannya Homo floresiensis atau dikenal sebagai Hobbit.
Manusia kerdil purba ini ditemukan di gua Liang Bua. Uniknya, di sekitar gua tersebut juga tinggal manusia kerdil Flores, yaitu penduduk dusun Rampassasa.
Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa kedua manusia tersebut tidak berkaitan satu sama lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan, jika bukan keturunan Hobbit, lalu apa alasan orang pigmi punya ukuran tubuh kerdil?
Baca: Satu Orang Tewas dalam Tawuran Suporter Bola dan Warga di Pasar Rebo
Dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (03/08/2018), analisis mengungkapkan bahwa perubahan evolusioner berasosiasi dengan pola makan dan perawakan pendek pada populasi pigmi (manusia kerdil Flores).
Seperti Lainnya Untuk mendapatkan temuan tersebut, Richard E. Green, associate professor bidang rekayasa biomolekuler dari Universitas California Santa Cruz dan para peneliti lainnya sebelumnya menemukan dan mensekuens DNA dari fosil manusia purba selain "Hobbit".
Kedua manusia purba yang dimaksud adalah Neanderthal dan Denisovans. Mereka kemudian menetapkan bahwa genom dari beberapa manusia modern saat ini mengandung sekuens DNA kedua manusia purba tersebut.
Artinya, telah terjadi beberapa perkawinan silang di masa lalu. Hasil serupa juga terlihat pada genom penduduk Rampassasa.
Mereka mempunyai sejumlah kecil DNA Neanderthal dan Denisovans, seperti populasi lain di Asia Tenggara dan Melanesia.
"Secara genetik, mereka tidak begitu berbeda dari populasi lain di bagian dunia itu," kata Green.
Herawati Sudoyo, peneliti senior dari Lembaga Eijkman yang turut terlibat dalam penelitian ini mengatakan, temuan itu serupa dengan penelitian sebelumnya yang diterbitkan dalam majalah Science tahun 2009.
Penelitian tersebut memeriksa gen dari dua kelompok populasi di Flores, yaitu penduduk Rampassasa dan warga Soa.
Para peneliti menggunakan marka DNA inti 50.000 Single Nucleotide Polymorphism (SNP) dalam studi tersebut.
Hasilnya, pola pembauran dan jejak migrasi yang kurang lebih sama. Perbedaannya ada dalam gen yang berhubungan dengan tinggi badan dan asupan makanan.
Seleksi Alam
Para peneliti kemudian menganalisis genom manusia kerdil Flores sehubungan dengan gen terkait tinggi yang diidentifikasi di Eropa.
Mereka menemukan, frekuensi varian genetik yang tinggi yang berasosiasi dengan penurunan tinggi badan.