Ini Alasannya, Digelarnya Perdamaian Adat Dua Suku Boruk dan Suku Duang di Flotim

Politik adu domba di masa penjajahan Belanda ternyata juga berhasil mempengaruhi dua suku di wilayah perbatasan Sikka dan Flotim ini.

Penulis: Felix Janggu | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Ini Alasannya, Digelarnya Perdamaian Adat Dua Suku Boruk dan Suku Duang  di Flotim
POS KUPANG/FELIKS JANGGU
Masyarakat Suku Boruk dan masyadakat Suku Duang menggelar upacara perdamaian antar kedua suku itu di gapura masuk Desa Nawokote Selasa (29/5/2018). dan masyadakat Suku Duang menggelar upacara perdamaian antar kedua suku itu di gapura masuk Desa Nawokote Selasa (29/5/2018).

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Feliks Janggu

POS-KUPANG.COM|LARANTUKA-- Masyarakat Suku Duang (Desa Nawokote) dan Suku Boruk (Desa Boru dan Desa Boru Kedang) Kecamatan Wulanggitang menggelar perdamaiaan adat di Desa Nawokote Selasa (29/5/2018).

Lembaga adat kedua suku bersepakat berdamai dan bersatu kembali setelah 200 tahun berkonflik. Bagaimana kisahnya sehingga konflik itu terjadi?

Politik adu domba di masa penjajahan Belanda ternyata juga berhasil mempengaruhi dua suku di wilayah perbatasan Sikka dan Flotim ini.

Suku Boruk di masa lalu berkiblat ke Kerajaan Larantuka, dan Suku Duang berkiblat ke Kerajaaan Lewotobi. Meski demikian kedua suku ini bersatu.

Namun politik adu domba belanda berhasil menghasut masyarakat kedu suku dan berperang satu sama lain. Apa yang diperebutkan masyarakat suku tidak memahaminya.

Namun korban jiwa dia dua kelompok masyarakat berjatuhan. Tetua adat dua suku ini pun saling mengeluarkan sumpah serapah satu sama lain.

"Perang itu diperkirakan pecah pada Abad X1X (1800-an) ini tidak ada yang memang dan tidak ada yang kalah," Ipy S Mau, tokoh muda suku Boruk Selasa (29/5/2018).

Sumpah serapah orang tua suku di masa lalu pun diyakini berdampak terhadap relasi kedua komunitas masyarakat. Setiap hubungan perkawinan antar kedua kelompok itu tidak pernah berbuah kesejahteraan.

Para kepala desa di dua suku ini yakni Kades Nawokote Frederikus Yus Tobi; Kades Boru Benediktus Baran Liwu; dan Kades Boru Kedang Darius Don Boruk pun duduk bersama beriktiar digelarnya upacara perdamaian.

Apalagi pemerintah dan masyarakat Desa Nawokote per 2016 mendatangi pemerintah dan masyarakat Desa Boru Kedang memohon restu memberikan mata air untuk dialirkan ke Desa Nawokote sebagai bahan baku air minum.

Pemerintah Desa Nawokote bersuku Duang juga masih dibayangi kutuk masa lalu karena meminta air minum kepada Suku Boruk di Desa Boru Kedang.

Agar air minum yang diberikan Suku Boruk membawa berkat bagi masyarakat Suku Duang di Nawokote, kepala Desa Nawokote, Kades Boru dan Kades Boru Kedang pun memfasilitasi perdamaiaan kedua suku.

Bersyukur sekali karena lembaga adat dua suku di tiga desa tersebut menyambut positif ide itu dan segera dibuatkan perdamaiaan antar suku.

Bagi generasi muda mudi yang sedang jatuh cinta satu sama lain di antara kedua suku setelah upacara perdamaian hari itu, jalan mereka ke jenjang pernikahan pun tidak akan terasa berat.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved