Keponakan Kandung Ibu Tien Soeharto Ini Mengaku Selalu Mengenang Lembata, Mengapa?

Owner Hotel Desa Wisata di TMII Jakarta, Yayuk, tak pernah melupakan kesan ketika ia melakukan kunjungan wisata ke Kabupaten Lembata

Penulis: Frans Krowin | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/FRANS KROWIN
Owner Hotel Desa Wisata Hotel, Yayuk (kiri) saat menerima Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, Apol Mayan (kanan). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Frans Krowin

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Sampai saat ini, Owner Hotel Desa Wisata di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Yayuk, tak pernah melupakan kesan ketika ia melakukan kunjungan wisata ke Kabupaten Lembata tahun 2014 silam.

Baca: Satgas Pamtas Gelar Pasar Murah dan Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Perbatasan

Ia tak pernah melupakan kenangan saat melakukan tracking ke puncak gunung Ile Lewotolok dan mendatangi tempat-tempat wisata lainnya di daerah itu, beberapa tahun silam.

Owner Hotel Desa Wisata di TMII Jakarta, Yayuk, saat menerima kunjungan tokoh masyarakat Lembata ke hotelnya, Selasa (8/5/2018).
Owner Hotel Desa Wisata di TMII Jakarta, Yayuk, saat menerima kunjungan tokoh masyarakat Lembata ke hotelnya, Selasa (8/5/2018). (POS-KUPANG.COM/FRANS KROWIN)

"Sejak pulang dari Lembata saat itu, serasa ada ikatan batin yang luar biasa dengan Lembata. Makanya siapa pun orang Lembata di Jakarta atau traveler yang pernah ke Lembata, kami sering kumpul bersama dalam Jaringan Komunitas Peduli Pariwisata Indonesia Timur (JKPIT)," ujar Yayuk kepada POS- KUPANG.COM, Kamis (10/5/2018).

Baca: Gawat! Demam Berdarah Serang 45 Balita di Lembata, Dinkes Minta Lakukan Ini

Yayuk merupakan keponakan kandung Ibu Tien Soeharto. Dia juga merupakan owner Hotel Desa Wisata di TMII. Hotel yang dipunyainya tersebut diresmikan oleh Soeharto masih masih menjabat sebagai presiden.

Saat ini, kata dia, dirinya masih punya niat untuk melakukan lagi perjalanan wisata ke Lembata, kabupaten satu pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu. Jika tak ada halangan, maka ia akan datang ke Lembata saat puncak Festival 3 Gunung di daerah itu.

Baca: Penyuluh Tiga Provinsi Lakukan Ini di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya Abdi Laboratus

Lembata itu, lanjut dia, sangat luar biasa. Pantainya yang indah, masyarakatnya pun sangat familiar. Kenangan yang tak pernah ia lupakan, adalah saat melakukan tracking ke kawah gunung api Ile Lewotolok, dan di tengah jalan mereka kehabisan air minum.

Persediaan air yang dibawa, tak cukup untuk menghabiskan pendakian ke puncak gunung itu. Saat itu terdengar suara mesin seperti kendaraan bermotor. Tapi ketika didekati ternyata bunyi mesin chaisow lantaran petani sedang menebang kayu.

Kepada petani di pinggang gunung itulah mereka diberikan kelapa muda untuk melepas dahaga. "Suasana itu selalu teringat sampai sekarang. Kami diberi kelapa muda, kami bercerita lalu kami melanjutkan pendakian lagi," ujarnya.

Ia menyebutkan, selama sekitar satu minggu lamanya ia bersama traveler lainnya melakukan perjalanan wisata keliling Lembata. Mereka mengunjungi lokasi pesta kacang di Ile Ape, mengunjungi desa penangkap ikan paus secara tradisional di Lamalera, mendatangi Bukit Cinta dan lainnya.

Saat disinggung tentang infrasturuktur ke lokasi pariwisata yang masih jauh dari harapan, Yayuk menyebutkan, sejauh ini, wisatawan tak mempermasalahkan atau mengeluhkan soal ketimpangan tersebut.

Pasalnya, dengan kunjungan itu, mereka juga merasakan ternyata masih banyak masyarakat di Tanah Air yang sejujurnya belum menikmati kue pembangunan sebagaimana yang dirasakan oleh masyarakat di Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Indonesia.

"Kami sangat menikmati kunjungan wisata kami ke Lembata. Tapi sampai saat ini saya sangat berkesan akan Lembata. Destinasi wisatanya sungguh luar biasa karena Lembata memang sangat kaya akan potensi pariwisata," ujarnya. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved