Kampung KB di NTT Beraroma 'Anggur Merah', Bagaimana Desainnya? Ini Penjelasan Marianus Mau Kuru

Kampung KB dikemas dengan pendekatan penggarapan KB dari pinggiran, sesuai Nawa Cita, khususnya cita ketiga, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran.

Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman
ISTIMEWA
DILANTIK-Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, melantik Marianus Mau Kuru menjadi Kepala Perwakilan BKKBN NTT di Aula Fernandes Kantor Gubernur NTT, Jumat (16/6/2017) lalu. Marianus menggantikan pejabat sebelumnya, Kresaputera. 

- Laporan Wartawan Pos Kupang, Benny Dasman

POS KUPANG.COM, KUPANG-Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).

Salah satunya melalui pembentukan Kampung KB yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan Program "Anggur Merah" (Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera).

Kepala Perwakilan BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru, SE, MPH, menjelaskan, pembentukan Kampung KB dikemas dengan pendekatan penggarapan KB dari pinggiran, sesuai Nawa Cita, khususnya cita ketiga, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran.

"Kita akan membentuk Kampung KB di setiap kecamatan di NTT. Upaya ini sesuai dengan nawacita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dan pedesaan," ujar Marianus di kantornya, Rabu (5/7/2017).

Menurut Marianus, Kampung KB didesain menjadi model pembangunan terpadu berwawasan kependudukan di level mikro. Karena itu, fokus kampung KB berada di tingkat Rukun Warga (RW) atau lazim disebut kampung.

Kampung KB adalah implementasi operasional pengendalian kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga yang dikelola dari, oleh, dan untuk masyarakat melalui pemberdayaan serta memberikan kemudahan/akses terhadap masyarakat untuk memperoleh pelayanan, khususnya bidang kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga (KKBPK).

"Dalam Kampung KB akan terdapat keterpaduan antara Program KKBPK dan sektor terkait secara sistemis dan sistematis. Misalnya, keterpaduan dengan sektor kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, koperasi dan sebagainya. Banyak orang menilai Kampung KB itu hanya terkait keluarga berencana. Itu hanya nama karena semua sektor terlibat sistematis di dalamnya. Kampung KB itu milik bersama," terang Marianus.

Dia mengakui sebanyak 200 orang pendamping Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) telah diberi pencerahan tentang KB sehingga bersama Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan Petugas Keluarga Berencana (PKB) mengadvokasi masyarakat untuk ikut program KB.

"Jadi, pendamping DeMAM tidak saja fokus pada pekerjaannya tetapi juga memberi penyuluhan tentang KB," tegas Marianus.

Dampak dari pengintegrasian ini, lanjut Marianus, monitoring dan evaluasi (Monev) di lapangan juga dilakukan secara terpadu, misalnya, dengan Bappeda NTT atau dengan instansi terkait lainnya sehingga profil untuk satu Kampung KB diperoleh secara menyeluruh. *

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved